Transmisi Tenaga Listrik

Seperti telah dijelaskan pada artikel sebelumnya (Baca Disini) bahwa listrik untuk sampai ke rumah kita melalui beberapa tahap yang tergabung dalam kesatuan Sistem Tenaga Listrik. Diantara sistem tenaga listrik ada sistem transmisi.

Dalam artikel ini akan dibahas tentang Transmisi tenaga listrik.

Transmisi adalah proses penyaluran listrik dari pembangkitan ke distribusi listrik. Standar tegangan pada sistem transmisi di Indonesia diklasifikasikan sebagai tegangan ekstra tinggi (TET) yaitu dengan nominal 500 kV dan tegangan tinggi (TT) dengan nominal 70 kV dan 150 kV. Tujuan tegangan dinaikan agar dapat meminimalisir rugi-rugi daya dan drop tegangan, karena penyaluran pasti melalui jalur yang panjang, semakin panjang jalur maka akan semakin berpengaruh pada rugi daya jika tegangan tidak dinaikan.

Kontruksi transmisi terdiri dari dua yaitu Saluran Udara dan Saluran Kabel yang terdiri dari,

  1. Saluran Udara (Overhead Lines) Tegangan Tinggi (SUTT) / Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)
  2. Saluran Kabel Tanah (Underground Line) Tegangan Tinggi (SKTT)
  3. Saluran Kabel Laut (Submarine Line) Tegangan Tinggi (SKLTT)
Tower Transmisi Saluran Udara
Tower Transmisi Saluran Udara
Saluran Kabel Tanah
Saluran Kabel Tanah
Saluran Kabel Bawah Laut
Saluran Kabel Bawah Laut

Biasanya Penentuan pemilihan kontruksi ini apakah di udara atau ditanam di bawah tanah disesuaikan dengan lokasi saluran tersebut jika di tengah kota agar tidak memakan lahan banyak dan sesuai unsur estetika juga maka dipilih saluran kabel bawah tanah, namun hal itu terdapat kekurangan dan kelebihan antara kontruksi-kontruksi tersebut, seperti kontruksi bawah tanah jika terjadi gangguan pasti lebih rumit dalam penanganannya dibanding kontruksi saluran udara, selain itu jika dibawah tanah konduktor untuk penyaluran harus berisolasi karena menyentuh tanah dibawah laut pun begitu karena menyentuh air laut, sehingga membutuhkan biaya yang lebih mahal, namun saluran bawah tanah tidak akan terpengaruh oleh perubahan cuaca yang biasanya banyak dikeluhkan oleh kontruksi saluran udara.

Patut diperhatikan bahwa konduktor atau penghantar pada saluran udara tidak berisolasi sehingga berbahaya jika dipegang langsung dalam keadaan bertegangan, karena konduktor tidak berisolasi maka kita akan SALAH jika menyebut konduktor pada tower listrik saluran udara yang banyak kita lihat dengan nama KABEL, karena kabel adalah konduktor yang berisolasi, dan itulah mengapa saluran bawah tanah atau bawah laut disebut saluran kabel karena konduktornya berisolasi.

Pada transmisi saluran udara terdapat beberapa kompnen pendukung yang penting yaitu :

  • Konduktor : yaitu sebagai media penyaluran listrik, ada beberapa jenis konduktor yaitu yang berbahan tembaga dan allumunium, namun karena tembaga lebih mahal maka dipilihlah konduktor bahan alumunium. Konduktor alumunium ada banyak jenisnya diantaranya adalah,
  1.  AAC (All Allumunium Conductor) yaitu kawat penghantar yang seluruhnya terbuat dari alumunium,
  2.  AAAC (All-Alumunium-Alloy Conductor), yaitu kawat penghantar yang seluruhnya terbuat dari campuran allumunium,
  3.  ACSR (Allumunium Conductor Steel Reinforced) yaitu kawat penghantar alumunium berinti kawat baja,
  4.  ACAR (Alumunium Conductor, Alloy-Reinforced), yaitu kawat penghantar alumunium yang di perkuat dengan logam campuran.

Konduktor yang biasa digunakan adalah ACSR karena konduktornya alumunium yang baik dalam menghantarkan listrik (konduktivitas tinggi), namun alumunium rapuh secara mekanik maka dari itu diperkuat oleh baja pada intinya agar kuat mekanik fisik konduktornya. Karena suatu konduktor perlu memiliki sifat konduktivitas tinggi, kekuatan tarik mekanikal tinggi, ringan, murah, dan tidak mudah patah. Penggunaan ACSR ini juga karena adanya pengaruh skin effect pada saluran transmisi AC dimana arus listrik cenderung mengalir di permukaan konduktor, maka dari itu pemakaian konduktor ACSR dengan allumunium yang mempunyai konduktivitas tinggi berada dipermukaan konduktor menjadi efisien bagi penyaluran listrik.

Karena besarnya tegangan yang dialirkan pada transmisi saluran udara biasanya untuk tegangan 500 kV (SUTET) satu fasa memiliki 4 kawat konduktor yang disatukan, untuk tegangan 150 kV (SUTT) satu fasa menggunakan dua kawat konduktor. Tetapi ada di beberapa lokasi yang untuk 500 kV menggunakan dua kawat konduktor dan 150 kV menggunakan satu kawat konduktor, tapi tentu konduktor nya lebih besar. Untuk tegangan dibawah itu satu fasa hanya memakai satu kawat konduktor. Memperbanyak konduktor pada fasa juga dikarenakan skin effect, karena semakin banyak konduktor maka akan banyak permukaannya yang dapat dialiri listrik. Materi tentang skin effect bisa kalian cari di mbah gugel karena banyak sekali yang membahas hal itu.

  • Tower / Tiang Penyangga : Ini adalah komponen inti yang berfungsi untuk menyangga fisik konduktor, menurut bentuk kontruksi ada 4 macam jenis tower yaitu
  1. Lattice tower
  2. Tubular steel pole
  3. Concrete pole
  4. Wooden pole
  • Gambar Isolator
    Gambar Isolator

    Isolator : yang berfungsi sebagai isolasi untuk penahan konduktor terhadap tower atau tiang agar tidak terjadi gangguan tanah karena tower bersentuhan dengan tanah. Isolator bisanya dibuat dari bahan porselin, bahan gelas ataupun bahan isolasi sintetik. Bahan isolator harus memiki resistansi yang tinggi untuk melindungi kebocoran arus dan memiliki ketebalan yang secukupnya (sesuai standar) untuk mencegah breakdown pada tekanan listrik tegangan tinggi sebagai pertahanan fungsi isolasi tersebut. Kondisi nya harus kuat terhadap goncangan apapun dan beban konduktor. Isolator pada transmisi bisanya menggunakan jenis gantung yang dapat ditambah dengan digandeng kebawah, jenis pasak biasanya digunakan pada distribusi. Tipe isolatornya isolator tumpu dan penegang atau asphan. Banyak juga tipe isolator lainnya.

  • Kawat Tanah : Kawat tanah atau Kawat Grounding biasa disebut dengan GSW (Ground Steel Wiring) karena terbuat dari bahan steel atau baja. Terletak paling atas suatu tower atau tiang transmisi, yang berfungsi sebagai penangkap petir agar tidak terkena kawat konduktor dan langsung di tanahkan atau di groundkan untuk memproteksi peralatan dari kerusakan akibat petir.

Gardu Induk

Pada transmisi selain penyaluran juga terdapat Gardu Induk atau sub-stasion yang berfungsi sebagai pentransformasi tegangan listrik, gardu induk ini bisa dianalogikan seperti terminal penyaluran listrik. Pada gardu induk ini banyak sekali fungsi listrik yang berjalan diantaranya sebagai sarana interkoneksi transmisi listrik. Interkoneksi ini adalah suatu sistem demi menjadikan kehandalan penyaluran listrik. Berfungsi sebagai perbaikan tegangan, karena saluran transmisi yang panjang pada gardu induk bisa dilakukan perbaikan tegangan akibat drop tegangan karena panjang saluran. Selain itu di gardu induk berfungsi juga sebagai penurun tegangan dari tegangan transmisi tinggi ke tegangan transmisi yang lebih rendah untuk menyalurkan listrik ke gardu induk lain dengan jalur yang lebih pendek, dan juga sebagai penurunan tegangan ke tegangan distribusi untuk disalurkan ke saluran distribusi sebagaimana tujuan transmisi.

Pada Gardu Induk banyak sekali peralatan listrik khususnya pada area switchyard. Ada transformer, PMT, PMS, lighting arrester, kubikel, peralatan proteksi seperti relai-relai, ruang DC, cell 20 kV dan lain-lain yang akan di bahas di artikel selanjutnya khusus mengenai Gardu Induk.

Selain itu ada Pengaturan Beban yang berfungsi untuk mengatur pembagian atau pemakaian beban agar disesuaikan dengan sistem pembangkitan.

PLN yang Menangani Transmisi

Unit PLN yang melayani Penyaluran dan Pusat Pengaturan Beban untuk interkoneksi Sumatera adalah PLN Pelayanan dan Pusat Pengaturan Beban Sumatera (P3BS) yang berkantor di Pekanbaru, Riau. Sedangkan untuk Interkoneksi Jawa-Bali awalnya di bidangi oleh PLN Penyaluran dan Pusat Pengaturan Beban Jawa Bali (P3B JB) yang berkantor di Gandul, Jakarta, namun pada akhir 2015 unit P3B JB ini dipecah menjadi 3 unit penyaluran dan 1 unit pengaturan beban. Untuk unit penyaluran yaitu,

  1. PLN Transmisi Jawa Bagian Barat (TJBB), yang menangani penyaluran di Banten dan Jakarta bertempat di Cawang, Jakarta
  2. PLN Transmisi Jawa Bagian Tengah (TJBT), yang menangani penyaluran di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Yogyakarta bertempat di Bandung, Jawa Barat
  3. PLN Transmisi Jawa Bagian Timur dan Bali (TJBTB), yang menangani penyaluran di Jawa Timur dan Bali bertempat di Sidoarjo, Jawa Timur

Untuk Pengaturan Beban Jawa Bali ada PLN Pusat Pengaturan Beban Jawa Bali (P2B JB), yang berfungsi mengatur beban Jawa Bali, berpusat di Gandul, Jakarta yang biasa disebut Jawa Bali Control Center (JCC), mempunyai 5 Area Pengatur Beban (APB) yaitu,

  1. PLN Area Pengaturan Beban Jakarta dan Banten, berkedudukan di Cawang, Jakarta (Region Control Center / RCC Cawang)
  2. PLN Area Pengaturan Beban Jawa Barat, berkedudukan di Bandung (Region Control Center / RCC Cigereleng)
  3. PLN Area Pengaturan Beban Jawa Tengah dan DIY, berkedudukan di Semarang (Region Control Center / RCC Ungaran)
  4. PLN Area Pengaturan Beban Jawa Timur, berkedudukan di Sidoarjo (Region Control Center / RCC Waru)
  5. PLN Area Pengaturan Beban Bali, berkedudukan di Denpasar (Region Control Center / RCC Bali)

Untuk pembagian unit induk PLN secara lengkapnya bisa dilihat disini.

UPDATE : STRUKTUR ORGANISASI PLN TERBARU

Semoga artikel ini bermanfaat. Terima kasih.

Ramdan Febriana
Latest posts by Ramdan Febriana (see all)
Subscribe
Notify of
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments